Wednesday, 29 July 2015

BERSENYUM

Senyuman dilakukan dengan ikhlas dan dengan cara yang benar, adalah ibadah. Subhanallah, betapa lengkapnya Islam ini, hingga hal-hal kecil pun mendapat perhatian luar biasa.

Rasulullah Saw. adalah orang yang paling banyak tersenyum dan paling baik senyumannya. Abdullah bin Al Harits bin Jaz’i pernah mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak senyumannya selain Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Tirmidzi)

Bertemu dan bertegur sapa dengan orang lain sambil tersenyum akan lebih menentramkan.  Bermuka masam selain menimbulkan rasa tidak enak bagi orang yang sedang kita hadapi, juga merupakan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah Swt.

Bahkan, Allah Swt. pernah mengingatkan Rasulullah Saw. agar tidak bermuka masam kepada salah seorang sahabatnya yaitu Abdullah Ibn Ummi Maktum yang buta. Singkat kisah, Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa ketika itu Rasulullah Saw. sedang berdialog dengan para pemuka kaum Quraisy. Lalu, datanglah Abdullah ibn Ummi Maktum yang meminta kepada Rasulullah Saw. untuk diajarkan ayat-ayat Al Quran.

Mungkin kerana merasa terganggu dengan kedatangan Abdullah, Rasulullah Saw. tidak sempat menghiraukan permintaan Abdullah itu. Nampak, wajah Rasulullah Saw. agak masam dan melanjutkan dialognya dengan para pemuka Quraisy itu.

Kemudian, Allah Swt. secara halus mengingatkan Rasulullah Saw. dengan firman-Nya, “Dia bermuka masam dan berpaling. Karena datang kepadanya orang buta itu. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).” (QS. ‘Abasa [80] : 1-3).

Setelah ayat ini turun, barulah Rasulullah Saw. tersadar akan kekhilafannya. Sejak peristiwa itu, Abdullah bin Ummi Maktum menjadi orang yang sangat disayangi oleh Rasullah Saw. Setiap kali beliau berhadapan dengan Abdullah ibn Ummi Maktum, beliau selalu menghadapinya dengan wajah yang berseri penuh senyuman. Ya, Rasulullah Saw. tersenyum tulus meski di hadapan sahabatnya yang buta. Subhanallah!

Saudaraku, ketika kita dalam kesesakan jalanraya, kemudian ada pemandu yang berebut untuk memasuki ruang lalu menghalangi jalan kita, tentu kita merasa marah. Tidak heran juga kalau ada yang melontarkan umpatan atau makian dengan kata-kata kasar.

Padahal, jika menahan diri, menegur dengan memberikan senyuman, niscaya itu lebih produktif. Untuk diri kita sendiri, senyuman boleh menurunkan ketegangan.

Akan tetapi, janganlah pula tersenyum sinis. Karena senyuman sinis hanya akan menyinggung hati orang lain dan menimbulkan permusuhan.

Tersenyumlah secara tulus, dan dengan cara yang benar. Senyumlah hanya karena mengharap keredhaan Allah Swt.  Senyum yang tulus karena Allah akan bernilai ibadah.

Rasulullah Saw. bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).

No comments:

Post a Comment