Tuesday, 17 February 2015

Kisah di dalam sebuah bilik darjah:
 Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya
 Ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada satu permainan... Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah
 "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka katalah "Pemadam!"
 Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat.
 Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan.
 Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Pemadam!", jika saya angkat
 pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi, tentu
 saja murid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk
 mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi
 kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti.
 Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. "Murid-murid, begitulah kita
 umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita
 begitu jelas membezakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan
 kepada kita dengan perbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang
 haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar
 bagi kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu akan terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.
 "Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, Zina
 tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa
 rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan
 yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa,
 materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain." "Semuanya
 sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit
 menerimanya tanpa ras
a ia satu kesalahan dan kemaksiatan.
 Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya.
 "Paham cikgu..."
 "Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan.
 "Cikgu ada Qur'an, cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang
 anda berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya
 mengambil Qur'an yang ada ditengah dengan tangan tanpa memijak karpet?"
 Murid-muridnya berpikir. Namun tiada yang mahu mecuba.
 Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil
 Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet .
 "Murid-murid,begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. .. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak anda dengan terang-terang. ..Kerana sudah tentu anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sadar.
 "Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang
 kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang
 kuat.
 Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn
 tapaknya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu,
 kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah
 dihancurkan. ..."
 "Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan
 menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan
 anda.
 Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga
 meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan
 mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini
 semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang
 dijalankan oleh musuh musuh kita... "
 "Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak cikgu?" tanya
 murid- murid. "Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang,
 misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang
 tidak lagi." "Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sedar, akhirnya hancur. Tapi k
alau diserang serentak
 terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sedar".
 "Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita
 berdoa dahulu sebelum pulang..." Matahari bersinar terik tatkala
 anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan fikiran
 masing-masing di kepalanya...
 Renungilah cerita ini demi kebaikan bersama.
 SAMPAIKANLAH PADA YG LAIN IN SHA ALLAH ADA SAHAM NYA

No comments:

Post a Comment