Thursday 26 May 2016

kisah pecandu karaokeSaya adalah Wanita yang merasakan dampak buruk dari hobi suami, suka karaoke. Awalnya Saya menganggap hal itu wajar saja, karena setahu saya Dia pergi ke tempat karaoke bersama teman-teman lelakinya. Bukan itu saja, dulu sewaktu Kami pacaran, Saya juga pernah diajak dan disana hanya bernyanyi, tidak ada yang lebih. Dalam pikiran, jika bersama teman-temannya hanya bernyanyi dan hanya minum karena setelah pulang mencium baunya.

Saya anggap itu bukan masalah asal masih bisa kontrol. Tapi semakin lama, Suami Saya justru semakin sering. Lebih menyakitkan lagi hobi Dia ternyata lebih buruk dari yang Saya kira. Jika Dia melakukan hobi tersebut bersama teman-temannya, ternyata ada wanita pendamping yang bersedia disentuh bahkan tanpa pakaian. Lebih dari itu ternyata kadang ada juga yang sampai diajak kencan, pergi ke hotel dan bercinta. Memang Saya tidak melihat secara langsung, tapi dari cerita teman yang akhirnya Saya lanjutkan dengan mendesak Dia, itu benar adanya.

Sungguh setiap Dia pergi Saya merasa cemburu yang begitu besar, sakit hati, dan juga merasa tidak memiliki arti. Jika Saya melarang, justru sikap marah yang Saya dapatkan. Bahkan kadang ada juga tindakan fisik untuk menyakiti Saya. Saya sungguh menderita, ditambah lagi saat Saya memiliki keinginan, selalu ditolak dan justru lebih mementingkan hobi Dia untuk karaoke.

Tidak berhenti sampai disitu, semakin lama kebutuhan justru tidak terpenuhi secara maksimal. Banyak sekali anggaran yang harus dikurangi. Hidup semakin terasa sulit, seperti hidup dalam kemiskinan. Saya berusaha menerima keadaan ini meskipun sering sekali terbayang apa yang Dia lakukan bersama wanita pendamping dalam hobinya.

Puncak penderitaan Saya, saat usaha yang Dia miliki mulai surut. Kesulitan keuangan tentu saja Kami alami. Saya kira itu akan membuatnya ingat keluarga dan mulai mengurangi hobinya dalam karaoke. Tapi Saya salah, ternyata Dia tetap melakukan hobi yang selama ini terus dijalani. Tahu-tahu hutang dimana-mana. Saya tidak tahu lagi harus bagaimana, Dia seperti sudah menjadi ketergantungan atas hobi tersebut.

Ingin sekali pergi meninggalkan Dia tapi bagaimana nanti anak Kami. Ditambah lagi rasa malu yang harus Saya tanggung bersama keluarga. Saya tidak tega melakukan ini, tapi bagaimana bisa Dia tega terus seperti itu. Hingga akhirnya, Saya yang mengalah. Saya putuskan untuk bekerja dan anak, Saya titipkan pada Orang Tua. Setiap hari berangkat kerja pulang pergi padahal jarak Kota dengan Desa Saya cukup jauh. Hasilnya memang tidak seberapa tapi setidaknya bisa mencukupi hidup Saya dan anak.

Suami lupa keluarga dan hingga saat ini masih saja menjalani hobinya. Hasil dari usaha yang dijalaninya, hanya dihabiskan untuk karaoke. Hingga saat ini masih seperti itu dan Saya hanya bisa berharap Dia bisa berhenti dari hobi yang sudah merusak hidupnya. Saya akui tidak masalah kalau tidak bisa berhenti total, tapi setidaknya kalau ada uang lebih setelah kebutuhan anak dan keluarganya tercukupi. Saya rela Dia tetap menyentuh wanita lain bahkan mungkin sampai berkencan. Biarkan Saya merasakan sakit hati ini asalkan tidak dengan anak Saya.

Ria - Semarang

Madjongke.com - Sebenarnya banyak sekali wanita yang memiliki nasib seperti Ria. Tapi mungkin banyak sekali yang tidak tahu akan hal itu. Sehingga bagi Kamu yang sudah memiliki suami dengan hobi positif, jangan dilarang dan berikan ruang untuk hobinya yang positif tersebut. Yang terpenting, itu tidak membuatnya lupa akan tanggung jawab. Dan bagi yang belum memiliki Suami, sebaiknya hati-hati dalam memilih Suami. Kenali Dia dulu sebaik mungkin, jangan sampai akhirnya terjebak dalam kehidupan yang menyakitkan.

 

No comments:

Post a Comment