AKHLAK MULIA
Krisis terbesar yang melanda umat manusia bukanlah krisis politik, bukan krisis ekonomi, bukan krisis hukum. Krisis terbesar dan paling berbahaya yang melanda manusia adalah krisis akhlak!
Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad)
Ada orang yang baru saja dapat keberuntungan yang besar, kemudian dia segera meraikan kegembiraannya dengan berfoya-foya di tempat hiburan malam sambil minum minuman keras, dan tidak mempedulikan batasan antara lawan jenis. Ini adalah gambaran akhlak yang buruk.
Sementara di tempat yang lain, ada orang yang mirip yaitu mendapat keberuntungan yang sangat besar, kemudian dia mengekspresikan kegembiraannya dengan spontan sujud syukur memuji Allah Swt. Kemudian, dia datangi masjid atau surau untuk sholat sunnah dan berterimakasih kepada Allah, “Ya Allah, terimakasih telah memampukan hamba meraih pencapaian ini.”
Akhlak mulia adalah buah dari tauhid yang bersih dan ibadah yang benar. Bagaikan sebatang pohon, akhlak adalah buahnya. Saripati makanan yang baik yang diserap oleh akar, akan menghasilkan buah yang ranum dan manis. Namun, jika saripati makanan yang diserap akar adalah hal-hal yang kotor, bercampur limbah, maka jangankan berbuah, pohon itu malah akan kering dan mati.
Tak ada manusia yang tak menyukai akhlak mulia. Setiap orangtua, senang jika anaknya berakhlak mulia. Setiap anak, gembira jika orangtuanya berakhlak mulia. Guru, bahagia jika murid-muridnya berakhlak mulia, begitu juga sebaliknya. Para pemilik perusahaan akan berbahagia jika pekerjanya berakhlak mulia, dan sebaliknya.
Rasulullah Saw. adalah bukti nyata tentang akhlak mulia yang menghasilkan kesuksesan. Sejak kecil beliau sudah dikenal kejujurannya sehingga digelari sebagai Al Amin, orang yang jujur terpercaya.
Marilah kita bermujahadah mendidik diri kita agar memiliki akhlak mulia. Bukan demi mendapatkan kekaguman manusia, namun demi mendapatkan penilaian Allah Swt. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang memiliki kemuliaan akhlak. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
No comments:
Post a Comment