Friday, 10 February 2017

Petunjuk Nabi dalam Mengobati diri Sendiri

Di antara petunjuk yang diajarkan oleh Nabi adalah bahwa beliau biasa melakukan pengobatan untuk diri sendiri dan juga memerintahkan orang lain yang terkena penyakit baik itu keluarga atau para sahabat beliau untuk melakukan pengobatan sendiri. Namun beliau dan para sahabatnya tidak memiliki kebiasaan menggunakan obat-obatan kimia yang disebut Eqrobadjin. Kebanyakan obat-obatan yang mereka gunakan adalah makanan sehat non kimiawi.

Terkadang makanan sehat itu mereka campurkan zat lain sebagai pengimulsi ata sekadar untuk menghilangkan bentuk asalnya saja. Obat-obatan berupa makanan sehat itu adalah jenis obat yang biasa digunakan oleh berbagai etnis di berbagai negara, baik itu bangsa Arab, Turki atau kalanagn kaum badui dan yang lainnya secara keseluruhan. Hanya bangsa Romawi dan Yunani yang gemar menggunakan obat-obatan kimia. Sementara orang-orang india juga lebih banyak menggunakan obat-obatan berupa makanan sehat (homopetik atau non-kimiawi).

Kalangan medis sepakat bahwa selama penggunaan makanan sehat sudah cukup digunakan dalam pengobatan, tidak oerlu menggunakan obat. Selama bisa menggunakan obat-obatan sederhana, tidak perlu menggunakan obat-obatan kimia. Mereka menegaskan, “Setiap penyakit yang bisa diatasi dengan makanan sehat dan pencegahan, tidak memerlukan obat-obatan.” Mereka juga menegaskan, “Seorang dokter juga tidak boleh ketagihan menggunakan obat.” karena apabila obat itu tidak menemukan penyakit yang sesuai dalam tubuh, atau menemukannya tetapi dosis dan penggunaan obat itu tidak sesuai, justru akan mengganggu dan merusak kesehataan tubuh.

Para pakar kedokteran justru lebih sering berobat dengan menggunakan makanan sehat. Mereka masuk dalam salah satu dari tiga golongan ahli medis yang ada.

Cara Mengobati Diri Sendiri
Solusinya sebagai berikut :

bahwa pada dasarnya obat-obatan itu juga makanan. Bangsa atau komunitas masyarakat yang membiasakan diri mengonsumsi makanan-makanan sehat, akan jarang terserang penyakit. Pengobatannya pun cukup dengan makanan sehat. Sementara penduduk perkotaan kebanyakan makanan yang mereka konsumsi adalah makanan variatif atau kompositif. Sehingga obat yang harus mereka konsumsi juga obat-obatan kimia. Karena penyakit yang mereka derita pada umumnya juga mengandung komplikasi. Sehingga obat-obatan kimia lebih cocok terhadap penyakit mereka. Prnyakit yang biasa diderita orang-orang dusun da juga para sahabat Nabi adalah penyakit sederhana, sehingga obatnya cukup berupa makanan sehat. Ini merupakan bukti nyata menurut ilmu kedokteran.

Ada hal lain (dari petunjuk Rasul), yang bisa dibandingkan dengan limu kedokteran tenaga medis pada umumnya, seperti perbandingan ilmu kedokteran dengan ilmu pengobatan orang-orang awam. Hal ini sudah diakui oleh kalangan cerdik pandai dan tokoh-tokoh ilmu kedokteran yang ada. Sebagian diantara mereka manyatakan bahwa ilmu kedokteran yang mereka miliki adalah ‘analogi’. Ada juga yang berpendapat bahwa ilmu kedokteran mereka adalah eksperimen.

Ada juga berani mengatakan bahwa ilmu kedokteran mereka dalah wangsit dan prediksi yang tepat. Ada juga yang menyatakan bahwa banyak ilmi kedokteran diadopsi dari hewan ternak. Seperti yang kita lihat bahwa kucing-kucing hutan apabila sempat memakan binatang-bnatang beracun segera mendekati pelita dan menjilati minyaknya untuk mengobati dirinya. Kita juga bisa melihat ular yang baru keluar dari dalam tanah kalau pandangan matanya kabur, segera mendekati daun razyang lalu mengelebatkan matanya di depan daun tersebut. Seperti juga seekor burung yang suhu tubuhnya terlalu panassegera membenamkan diri ke air laut. Dan banyak lagi contoh lain yang disebutkan dalam dasar-dasar ilmu kedokteran.

Bagaimana mungkin semua teori ilmu kedokteran semacam itu bisa dibandinkan dengan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya yang menjelaskan apa yang bermanfaat dan mendatangkan bahaya. Perbandingan antara ilmu kedokteran yang mereka miliki dengan wahyu seperti perbandingan antara ilmu-ilmu yang nereka miliki dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh para nabi. Bahkan ajaran para nabi mengandung unsur pengobatan terhadap banyak penyakit yang belum bisa diungkap oleh otak para pakar ilmu kedokteran terhebat sekalipun; belum bisa dicapai oleh pengetahuan, eksperimen dan analogi mereka.

Yakni pengobatan penyakit hati dan enyakit ruhani, memperkuat ketahanan jiwa, rasa bersandar dan bertawakal kepada Allah, berpulang kepada hukum-Nya, tunduk dan pasrah di hadapan-Nya, merendahkan diri di depan-Nya, selalu bersedekah, berdoa, bertaubat, istigfar, berbuat baik kepada sesama, menolong orang susah, menghilangkan kesultan orang lain dan sebagainya. Semua bentuk pengobatan ini telah dicoba oleh berbagai bangsa dengan segala jenis agama mereka, ternyata mereka mendapat bentuk-bentuk pengobatan semacam itu memiliki pengaruh untuk kesembuahan dalam batas yang tidak oernah dicapai oleh pengetahuan medis dikalangan dokter dengan segala eksperimen dan analogi mereka.

Kami telah mencoba bentuk pengobatan ini demikian juga selain kami telah mencobanya daam banyak kasus penyakit. Ternyata ia dapat berfungsi lebih dari yang bisa dilakukan dengan obat-obatan biasa. Bahkan bila dibandingkan dengnnya, obat-obatan kimia itu tak ubahnya ramuan-ramuan obat sederhana di mata para dokter. Itu berlaku dalam tatanan hukum hikmah ilahi, tidak keluar dari tatanan hukum itu sedikitpun. Akan tetapi faktor kesembuhan itu juga bermacam-macam. Kalau hati sudah terikat dengan Rabb dari sekalian makhluk, Pencipta dari segala obat dan penyakit, Pengatur yang mengurus segala sesuatu sesuai kehendak-Nya sendiri, pasti hati tersebut memiliki berbagai macam obat yang tidak dimilikioleh hati yang jauh dan berpaling dari Allah.

Kalau ruhani kuat, maka tabiat dan jiwa manusianya juga menjadi kuat. Tabiat dan jiwa seseorang akan saling mendukung dalam mengusir dan mengatasi penyakit. Tidak mungkin dipungkiri bahwa obat yang paling mujarab itu dimiliki oleh orang yang tabiat dan jiwanya kuat, yang selalu merasa tenang dan tentram karena menjadi dekat dengan pencipta-Nya, merasa suka dan nukmat berdzikir kepada Allah, seluruh kekuatan tertuju hanya kepada Allah, selalu memohonpertolongan dan bertawakan kepada Allah.

Kekuatan yang ada pada dirinya dapat menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh. Hal ini tidak akan dipungkiri kecuali oleh sebodoh-bodohnya manusia, oleh orang yang paling bebal otaknya, paling kusam jiwanya dan paling jauh dari Allah serta dari hakikatnya sebagai manusia. Pada bab selanjutnya akan kami paparkan faktor penyebab hilangnya penyakit karena sengatan binatang berbisa dengan membaca surat Al-Fatihah sebagai ruqyah, sehingga orang yang tersengat itu bisa sembuh tanpa mengerang-erang kesakitan lagi.

Rujukan :
Kitab Zaadul Maad (Thibbun Nabawy) karya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, Bab Petunjuk Nabi dalam Mengobati Diri Sendiri

No comments:

Post a Comment